Oktober 15, 2024

Warning: sprintf(): Too few arguments in /www/wwwroot/pondoksalam.co.id/wp-content/themes/chromenews/lib/breadcrumb-trail/inc/breadcrumbs.php on line 253

Pengertian-B2C

Pengertian B2C (Business To Consumer) ini mengacu pada model bisnis yangmana perusahaan itu menjual langsung ke konsumen individu. Istilah ini biasanya dikaitkan dengan penjualan dengan melalui saluran online atau eCommerce. Ketika pembeli itu adalah perusahaan, kita menyebutnya ialah sebagai business-to-business (B2B).

Amazon.com merupakan salah satu contoh business-to-consumer yang paling terkenal. Shopee, Bukalapak serta  Tokopedia, merupakan beberapa contoh dari model bisnis B2C di Indonesia.

√ Pengertian E-Business


Kenapa Business To Consumer ini penting ?

B2C ini mulai berkembang sejak akhir tahun 1990-an. Untuk pasar Amerika Serikat, salah satu pelopornya ini ialah Amazon, yang mana didirikan oleh Jeff Bezos ditahun 1994. Empat tahun kemudian, Amazon ini mencatatkan penjualan lebih dari USD1 miliar untuk pertama kalinya. Serta, di tahun 2019 lalu, perusahaan itu membukukan pendapatan sebesar USD280,522 miliar. Kesuksesan perusahan tersebut mengantarkan pemiliknya itu menjadi orang terkaya di dunia di 2019, menurut Forbes.

Kehadiran model bisnis ini sudah menghancurkan banyak ritel konvensional. Itu sudah mengubah cara kita berinteraksi dengan penjual. Peritel konvensional tersebut banyak kehilangan penjualan disebabkan karna banyak konsumen beralih ke saluran online.

Untuk menghadapinya, beberapa peritel itu kemudian masuk ke bisnis online supaya tetap kompetitif serta bertahan di industri. Beberapa mengkombinasikan toko online dengan toko tradisional. Pergeseran tersebut sudah menciptakan lebih banyak manfaat bagi konsumen, yang sekarang bisa menikmati kemudahan pemesanan online sambil menghemat biaya.

Memang, pada dasarnya, eCommerce ini hanya memindahkan lokasi pasar ke situs online. Seluruh transaksi ini ialah melalui online, mulai dari pengiklanan, pemesanan, pembayaran, sampai pada pengantaran (untuk produk digital).

Tapi, eCommerce ini menawarkan lebih banyak pilihan kualitas serta harga, dan juga menawarkan fleksibilitas yang lebih baik. Kalian hanya perlu memakai smartphone untuk berbelanja. Serta bagi perusahaan, tersebut memungkinkan mereka mengembangkan segala macam model bisnis untuk menghasilkan pendapatan.

Masa depan B2C tampaknya masih cerah. Jenis penjualan tersebut masih dalam masa pertumbuhan serta akan terus tumbuh. Menurut Grand View Research, ukuran pasar e-commerce B2C global ini diperkirakan tumbuh dengan compound annual growth rate (CAGR) 7,9% selama 2020-2017. Adapun, di tahun 2019, ukuran pasarnya itu sudah mencapai USD3,35 triliun. Peningkatan pengguna internet, pendapatan disposable serta kemudahan yang ditawarkan itu menjadi faktor pendorong pertumbuhan ke depan.

√ Pengertian E-Commerce Adalah


Keuntungan Business To Consumer

B2C ini menawarkan sejumlah keuntungan. Pertama, perusahaan ini bisa menjangkau konsumen yang lebih luas, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga luar negeri.

Kedua, perusahaan tersebut mendapat manfaat dari database profil pelanggan serta transaksi yang lebih kaya. Informasi semacam itu juga memudahkan mereka di dalam menyesuaikan strategi pemasaran atau strategi produk.

Ketiga, B2C ini juga menghemat biaya. Perusahaan tersebut tidak perlu membangun atau juga menyewa ruang ritel untuk menjual produk mereka. Selain itu, saluran online potensial di dalam memangkas rantai distribusi serta ritel. Di saluran konvensional, produk mungkin melalui segala macam saluran untuk sampai ke konsumen akhir. Dengan melalui online, mereka dapat melayani pelanggan secara langsung.

Keempat, bagi konsumen, transaksi online ini menghemat biaya. kalian tidak perlu datang ke toko. Kalian juga bisa berbelanja serta bertransaksi di mana saja, di rumah atau di perjalanan, serta kapan saja. Setelah transaksi selesai, kalian hanya tinggal menunggu barang sampai ke depan pintu rumah anda.


Kekurangan Business To Consumer (B2C)

Beberapa keterbatasan dan kekurangan model B2C adalah sebagai berikut;

1. Kompetisi

Kalian pasti pernah mengamati satu hal saat berbelanja online bahwa terdapat begitu banyak platform online. Dengan kata lain, bidang e-commerce serta belanja online yangmana terdapat begitu banyak pengecer yang menargetkan konsumen akhir mereka, sangat kompetitif. kalian tidak akan menemukan ceruk atau juga bidang apa pun tanpa persaingan.

Seseorang bisa dengan mudah masuk ke bidang e-commerce serta menargetkan pasarnya, namun untuk bisa mencapai pangsa pasar yang maksimal itu sangatlah sulit. Atau pun bahkan bertahan di dalam persaingan sangat sulit untuk bisnis baru.


2. Infrastruktur

Walaupun e-commerce ini memberikan peluang bisnis di dalam menjangkau orang-orang secara global, tetapi pertanyaan rumitnya ini ialah infrastruktur apa yang mereka miliki di dalam mengirimkan produk atau juga layanan mereka? Perbatasan negara, pajak, politik serta masalah hukum lainnya yang terlibat yang menghambat bisnis di dalam mencapai pintu depan pelanggan mereka secara global.

Perusahaan serta bisnis yang menjalankan operasi bisnisnya di seluruh dunia, mereka sudah membuat banyak kesepakatan dengan segala macam pemerintah di berbagai negara.


3. Interaksi Terbatas

Walaupun pembeli serta penjual bertemu dan juga menghubungi secara langsung, tetapi koneksi mereka terbatas pada gambar serta konten tertulis saja; pembeli itu wajib membuat keputusan dengan berdasarkan informasi yang diberikan oleh penjual. Pembeli sendiri tidak bisa memeriksa dan juga merasakan tekstur, bentuk, ukuran, serta kualitas produk; seluruhnya itu sangat bergantung pada kata-kata penjual.


4. Keamanan

Pada saat pembeli benar-benar bergantung pada janji penjual, maka hal tersebut akan menimbulkan pertanyaan serius mengenai keamanan pembeli. Terdapat banyak platform yang terlibat di dalam aktivitas penipuan, mereka tidak menyediakan produk atau juga layanan berkualitas seperti yang mereka klaim. Pelanggan tersebut tidak mempunyai kekuatan apa pun pada akhirnya.


5 Jenis Model Bisnis B2C

Terdapat segala macam jenis bisnis model penjualan business-to-consumers serta penjelasannya sebagai berikut :

  1. Penjualan langsung (direct selling)
  2. Model perantara online (online intermediaries)
  3. Model berbasis iklan (advertising-based model)
  4. Berbasis komunitas (community-based model)
  5. Model berlangganan (fee-based model)

Penjualan langsung (direct selling)

Peritel ini menjual langsung produk mereka ke konsumen dengan melalui situs milik mereka. Peritel tersebut dapat datang dari usaha kecil sampai besar serta menawarkan beragam produk. Beberapa toko ritel tradisional tersebut juga mengadopsi model bisnis ini.

Membangun model bisnis ini pun juga relatif mudah. Cukup dengan membuat website serta sistem pembayaran, kalian sudah bisa membangun toko online kalian. Alternatifnya, kalian bisa memanfaatkan media sosial ialah seperti instagram serta facebook untuk menjual produk anda.


Model perantara online (online intermediaries)

Di dalam model ini, pemilik situs itu tidak menjual langsung produk. Mereka hanya memfasilitasi transaksi antara pembeli serta penjual. Dengan kata lain, pemilik situs itu ialah pembuat pasar online.

Pendapatan pemilik bisa berasal dari segala macam sumber, tergantung feasibilitas dari situs. Beberapa mungkin membebankan komisi ke produsen serta konsumen, sementara yang lain itu mengandalkan pendapatan dari iklan.


Model berbasis iklan (advertising-based model)

Situs itu hanya memanfaatkan volume trafik tinggi di dalam menjual iklan. Pemilik memakai konten gratis berkualitas tinggi di dalam menarik pengunjung situs. Model bisnis tersebut berbeda dengan perantara online disebabkan karna tidak memfasilitasi interaksi antara pembeli serta penjual.

Pemilik situs menampilkan iklan dari beberapa penjual produk. Pada saat pengunjung mengklik, pengunjung itu akan dialihkan ke situs penjual. Apabila pengunjung membeli produk, penjual itu kemudian membagikan persentase tertentu dari penjualan kepada pemilik situs. Sehingga, semakin tinggi trafik situs, akan semakin besar juga peluang pengunjung untuk mengklik iklan serta bertransaksi, dan juga semakin tinggi pendapatan pemilik situs.


Berbasis komunitas (community-based model)

Model ini memakai komunitas online dengan minat tertentu di dalam membantu pengiklan memasarkan produk mereka langsung ke pengguna situs. Ini dapat berupa forum online guna penggemar fotografi, gadget, dsb.

Cara kerja pendapatan pemilik situs itu sama dengan model berbasis iklan. Hanya saja, keduanya mempunyai fokus yang berbeda.


Model berlangganan (fee-based model)

Situs ini juga memungut biaya berlangganan untuk akses ke konten. Pemilik situs tersebut biasanya menawarkan beberapa konten gratis serta berbayar. Situs media online ini biasanya mengadopsi model bisnis ini.


Contoh Tipe Bisnis B2C di Indonesia

Dibawah ini contoh dari B2C, diantaranya :

1. Direct Selling

Contoh B2C di Indonesia pertama ialah tipe direct selling. Tipe ini mempunyai karakter yang lekat dengan penjualan produk langsung kepada konsumen tanpa adanya perantara. Bisnis yang dilakukan juga bisa dengan berbagai macam, mulai dari produk perawatan tubuh,  kecantikan, sampai pada furnitur rumah. Di dalam ruang lingkup digital, biasanya para pebisnis B2C dengan tipe dircet selling itu memanfaatkan aset pribadinya di dalam melakukan penjualan, seperti social media walaupun website. Dari sini, para pembeli dapat langsung memilih kemudian melakukan transaksi di dalam mendapatkan barang serta jasa yang diinginkan. Sebut saja Rollover Reaction dan juga Dekoruma.


2. Online Intermediaries

Online intermediaries atau juga perantara online juga merupakan contoh B2C di Indonesia yang memanfaatkan platform online untuk bisa terhubung dengan pembeli. Sebagai perantara di dalam berjualan, online intermediaries B2C ini tidak benar-benar menjual barang atau pun jasa, melainkan hanya menjadi fasilitator transaksi penjual serta juga pembeli. Di dalam dunia digital, penggiat B2C online intermediaries dapat disebut dengan marketplace. Penggiat bisnis online intermediaries ini juga biasanya mendapatkan keuntungan dari komisi dari penjualan pada website mereka. Contohnya ialah seperti Traveloka, PegiPegi dan juga Booking.


3. Advertising-Based

Advertising-based ini merupakan contoh B2C di Indonesia yang mempunyai konten iklan berkualitas pada situsnya. Pemasukannya itu berasal dari traffic yang datang dari para pembeli di saat mengunjungi situsnya, tetapi tipe B2C ini tidak menjadi perantara transaksi antar penjual serta pembeli. Penggiat B2C advertising-based ini hanya menampilkan iklan yang dipasang oleh penjual produk yang nantinya para konsumen itu akan tetap dialihkan ke halaman situs penjual tersebut. Peran advertising-based tersebut hanya menjadi situs di dalam menayangkan iklan produk yang sedang dipromosikan oleh penjual.


4. Community-Based

Apabila kalian punya hobi serta pernah bergabung dengan komunitas tertentu, pasti familiar dengan contoh B2C di Indonesia yang satu ini. Ya, community-based B2C ini ialah tipe bisnis yang melakukan penjualan dengan melalui komunitas tertentu. Misalnya di dalam komunitas fotografi, sepeda walaupun hobi lainnya, para penjual B2C community-bassed dapat langsung memasarkan produknya serta bisa diakses langsung oleh para anggotanya. Di dalam dunia online, contoh daro community-based B2C ini pun dapat dilihat pada wesbite KasKus ataupun  Facebook.


5. Fee-Based

Berbeda dengan tipe-tipe B2C sebelumnya, fee-based B2C tersebut mempunyai karakter subscription yang dilakukan oleh konsumennya. Dengan kata lain, di dalam memperoleh penghasilan para pelaku bisnis B2C fee-based tersebut mengandalkan pelanggan yang membayar di dalam mendapatkan full access. Sebagai contoh ialah Spotify dengan fitur premiumnya yang baru bisa diakses dari mana saja sambil mendengarkan lagu maupun tanpa batas.

Demikianlah pembahasan Tentang Pengertian Business To Consumer, Jenis, Kelebihan dan Kekurangan, kami berharap apa yang diuraikan dapat bermanfaat untuk anda. Terima kasih

Originally posted 2021-10-25 15:16:06.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *